[ff/oneshot] Dreaming Dream

Title : Dreaming Dream
Author : coolcat951007
Genre : romance
Length : 1/1 (1s)
Rate : General
Cast :
- Kim Kibum
- Choi EunSun
- Choi Minho



Mencintai seseorang yang bahkan tak bisa kau ingat nama dan wajahnya. Mungkin akan terdengar hanya seperti bualan besar yang tak akan mungkin terjadi. Tapi sungguh, ini terjadi padaku. Gadis itu, aku mencintainya meski nyatanya sungguh sulit untuk mengingat wajahnya. Yang kuingat hanya senyumnya yang indah dan matanya yang bersinar. Dan dia selalu datang menghampiri setiap malam-malamku. Menemani dalam gelap malam dan mengisi setiap mimpiku. Tawa dan suaranya saat menyatakan rasa cintanya padaku, membuatku benar-benar merasa gila. Dan saat pagi menjelang, ketika aku mulai menyadarkan diri dari tidur lelapku, dia menghilang. Bukan hanya dari sisiku, tapi juga dari ingatanku. Hanya senyum dan sinar matanya yang masih tergambar dengan sangat jelas dalam ingatanku. Dan dia selalu menyisakan sejuta kerinduan saat aku mulai menjalani hariku. Aku melewati sepanjang waktuku hanya untuk merindukan kehadirannya. Hingga malam tiba dan aku segera mengakhiri hariku, dia kembali. Datang menemani gelapku dan mengisi mimpiku.


p.s: yang dicetak miring itu mimpi.


Kim Kibum

Sesuatu telah menyita begitu banyak waktuku setelah kecelakaan itu terjadi. Seorang gadis yang bahkan tak pernah ku kenal sebelumnya, selalu hadir di setiap mimpiku dan membuat jantungku selalu berdetak dengan sangat kencang saat mengingatnya. Aku tak dapat mengenali gadis itu, tapi aku selalu merasa seolah aku sudah sangat mengenalnya. Dan saat aku menyadari bahwa aku benar-benar tak dapat mengingatnya, aku benar-benar merasa seolah kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupku.

“ya, apa yang sedang kau pikirkan?” Minho, teman yang sudah banyak membantuku mengingat tentang banyak hal setelah kecelakaan itu terjadi, membuyarkan seluruh lamunanku.

“hilang” gumamku dengan senyum yang melebar saat aku berbalik menatap Minho yang kini sibuk mengotak-atik laptopnya.

“apa kau kehilangan sesuatu?” tanya Minho yang hanya kubalas dengan anggukan kecil.

“sesuatu yang ku rasa sangat penting, namun aku tak pernah bisa mengingatnya” jawabku yang membuat Minho mengalihkan pandangan dari laptopnya dan menatapku dengan serius.

“mungkin aku bisa membantumu mengingatnya?” Minho menawarkan bantuan dengan senyumnya yang lembut dan terlihat tulus yang mampu membuat bibirku ikut melengkung membentuk sebuah senyuman tanpa kusadari.

“gadis, seorang gadis yang sepertinya sudah sangat dekat denganku. Namun aku tak bisa mengingatnya, hanya saja dia selalu datang di setiap mimpiku” jelasku yang segera membuat Minho segera merubah raut wajahnya, seolah sedang menyembunyikan sesuatu dariku.

“sepertinya tidak lama lagi, kurasa kau akan segera mengingatnya” balas Minho singkat yang bersiap menutup laptop dihadapannya yang membuatku merasa semakin bingung.

“berusahalah melupakan gadis itu sebelum kau mengingatnya kembali” lanjut pria yang kini mulai bergegas untuk meninggalkanku sendiri dengan raut wajahnya yang terlihat sedikit murung dan memaksakan senyumnya yang justru membuatnya terlihat semakin rapuh.

“aku hanya tak ingin melihatmu bersedih” pria itu kembali melanjutkan kalimatnya seolah mampu membaca pikiranku sebelum akhirnya benar-benar lenyap menghilang dari hadapanku dengan menyisakan sejuta pertanyaan dalam benakku.





***

Gadis itu berlarian dengan tawanya yang membuatku bahkan tak mampu melepas pandanganku darinya. Menyadari kehadiranku, gadis itu segera berhenti berlari lalu menatapku dengan matanya yang bersinar jernih sambil melambaikan tangannya padaku. Dengan senyum yang mengembang di bibirku, aku datang menghampirinya yang tiba-tiba saja memelukku.

“kibum a, aku sangat merindukanmu” bisik gadis itu yang membuat jantungku berdetak sangat kencang.

“jangan pergi, kau harus menemaniku mengisi seluruh hariku” kini giliranku yang berbisik lembut di telinganya. Beberapa detik kami terdiam sebelum dia mulai mengendurkan pelukannya.

“aku tidak pergi, aku selalu menunggumu. Hanya jika kau datang menemuiku, aku akan bangun dan kembali mengisi seluruh harimu” balasnya sambil menatapku dalam dengan sepasang mata beningnya.

“kau menungguku?” tanyaku ragu dengan perlahan yang dibalasnya dengan anggukan mantap dan senyum yang mengembang indah dibibirnya. Perlahan, gadis itu meraih tanganku dengan kedua tangannya yang mungil dan sedikit menarikku untuk mengikuti langkahnya yang terkesan sedikit tergesa-gesa hingga kami sampai di sebuah danau. Gadis itu tersenyum dengan lembut tepat sesaat sebelum puluhan atau mungkin ratusan kunang-kunang datang, menari dan menghiasi langit di angkasa hingga terlihat berkelap-kelip. Gadis itu menatapku sejenak dan tersenyum penuh arti, membuatku benar-benar merasa seolah menemukan kembali sesuatu yang telah lama ku rindukan. Cukup lama aku terbuai dalam keindahannya yang membuatku tanpa sadar berani mendaratkan sebuah kecupan tepat di bibirnya. Kecupan yang terasa hangat dan membuatku merasa telah menemukan sesuatu yang hilang selama ini.





***

Seberkas cahaya menyelinap masuk ke dalam kamarku melalui jendela kamar yang sudah terbuka lebar. Membuat mataku terbuka perlahan berusaha menyesuaikan dengan cahaya yang cukup silau dari sang mentari. Samar, kulihat bayangan seorang gadis yang berdiri tak jauh dari jendela menyambut pagiku dengan senyuman yang mengembang lebar di bibirnya yang membuat jantungku berdetak sangat kencang. Perlahan, aku mulai melebarkan senyumku yang membuatnya terlihat lebih senang sebelum menghilang perlahan. Aku mencoba mengedipkan beberpakali mataku untuk menyadarkan diri dari mimpi indah yang terus menghantuiku. Bibirku, perlahan aku menyentuh bibirku yang masih terasa hangat. Mimpi malam tadi, kembali menyeruak dalam ingatanku membuat jantungku benar-benar tak beraturan lagi. Kuingat dengan jelas saat bibirku menyentuh bibir gadis itu dengan lembut. Semua terasa seperti nyata. Seolah teringat akan sesuatu, aku segera mengangkat badanku beranjak menjauh dari tempat tidur dan menggeledah seluruh bagian kamarku. Aku merasa seperti mencari sesuatu yang sepertinya hilang tanpa tahu apa yang sedang kucari. Aku mengacak-acak isi lemariku, dan kemudian memporakporandakan rak buku. Merasa belum menemukan apapun, aku segera melangkah mendekati laci kecil dan membanting keluar seluruh isinya dan aku baru mengehentikan kegiatanku saat menemukan sebuah album yang tak pernah kulihat sebelumnya. Rasa takut dan penasaran yang bercampur menjadi satu segera menyeruak dalam benakku. Dapat kurasakan tanganku yang bergetar saat mulai membuka halaman demi halaman album yang ternyata berisi cukup banyak fotoku bersama seorang gadis yang sepertinya sudah sangat ku kenal. Aku terus menatap wajah gadis itu dengan senyum lebarnya yang indah dan matanya yang terlihat cerah dan jernih. Perlahan, rasa sakit mulai menyerang kepalaku. Membuatku mengerang cukup keras hingga akhirnya aku benar-benar tak mampu lagi untuk menahan sakitnya.





***

“kenapa?” gadis itu menatapku cemas yang membuatku terdiam sejenak menikmati ketakutan yang terasa begitu dalam pada diriku.

“perasaanku sedang tidak enak” balas ku dengan kacau yang membuatnya segera mencoba untuk meluruskan posisi duduknya untuk menatap lurus padaku.

“ada apa?” tanya nya dengan wajah yang terlihat jauh lebih cemas dari sebelumnya.

“entahlah, tapi aku merasa takut, takut sekali” aku menjawab dengan sebagian konsentrasiku pada jalanan yang terbentang di hadapanku mulai berkurang perlahan dikalahkan dengan perasaan cemas yang kurasakan.

“kau tak akan meninggalkanku,kan?” aku menoleh pada gadis yang duduk di sebelahku yang tengah memandangiku yang tengah menyetir dengan sangat serius, terpancar kecemasan yang sangat dalam dari sorot matanya yang membuatku segera menggenggam tangannya dengan tangan kiriku sementara tangan kananku masih tetap mengendalikan mobil dengan sebaik yang ku bisa.

“tentu tidak, apapun yang terjadi aku tidak akan meninggalkanmu” balas gadis itu dengan senyumnya yang seolah menyuruhku untuk kembali tenang dan percaya padanya. Tanpa terasa, sebuah senyum melebar dengan sangat manis di bibirku mengikuti senyum yang terukir di bibirnya.

“oppa!!” gadis itu berteriak sangat kencang saat menolehkan kepalanya ke depan saat melihat sebuah truk yang melaju dengan kecepatan sangat kencang dari sebelah kanan mobil yang kami tumpangi dan terlihat akan menghantam mobil kami dengan pasti.

BRAAKKK

Aku merasakan sakit di sekujur tubuhku. Darah terasa mengalir dari dahiku membuat seluruh wajahku terasa sedikit hangat dan basah. Sekuat tenaga, aku mencoba untuk meraih jemari gadis yang sudah terpejam di sampingku. Melihatnya tidak berdaya seperti ini, membuat hatiku terasa sangat sakit. Aku mencoba menahan seluruh sakit yang kurasakan seraya mengayunkan sedikit badannya, berharap dia akan membuka matanya dan menoleh padaku dengan senyum manis nya. Hingga aku tak kuat lagi menahan semua sakit yang menjalar di seluruh tubuhku dan gelap. Semua menjadi gelap, hanya suara bising yang terdengar selama beberapa detik di telingaku sebelum semuanya hilang dan menjadi hening.







***

Aku membuka mataku perlahan dengan berusaha menahan rasa sakit yang masih terasa di kepalaku. Aku mencoba mengangkat badanku dan menyadarkan punggungku pada penyangga tempat tidurku dan segera menelanjangi seluruh penjuru kamarku dengan tatapan kosong hingga kurasakan sebuah tangan yang hangat menepuk bahuku.

“ah minho a, sejak kapan kau disini?” tanyaku saat menoleh ke arahnya dan dia hanya tersenyum menatapku dengan lembut.

“sejak umma mu memberitahu ku bahwa dia menemukanmu sudah tak sadarkan diri di kamarmu sendiri” balas Minho yang membuat sebuah senyum yang kupaksakan terukir jelas di bibirku. Minho, pria itu kini berbalik menatapku dengan sangat serius membuatku merasa sedikit tegang.

“kau sudah mengingatnya?” tanya Minho yang membuatku hanya mampu melipat dahiku dan menatapnya dengan penuh tanya.

“maaf kan aku, ini semua salahku. Hanya jika aku tidak mengenalkanmu pada EunSun, maka tidak mungkin aku melihat dua orang yang sangat ku sayangi menderita seperti ini” lanjut nya dengan mata yang mulai berkaca. Dengan bingung, aku terus menatapnya sementara pikiranku mulai terbawa ke masa lalu.

Aku benar-benar merasa kosong, sepertinya rohku sedang berjalan menuju pada saat beberapa bulan yang lalu membuatku kembali teringat pada kecelakaan yang membuat seluruh ingatanku hilang. Pening, lagi rasa pening yang sangat teramat menyebar di kepalaku membuatku sedikit mengerang sambil memegangi kepalaku yang membuat Minho segera bangun dan terlihat sangat cemas hingga aku terdiam tiba-tiba saat rasa sakitnya sedikit berkurang di kepalaku, namun hatiku terasa sangat tersayat membuat air mata mengalir dengan perlahan membasahi wajahku.

Aku terdiam dengan air mata yang terus mengalir. Minho terus bertanya tentang keadaanku, namun aku hanya diam. Aku mencoba untuk mengembalikan napasku menjadi teratur.

“EunSun, dimana dia?” tanyaku yang membuat Minho terlihat terkejut. Aku ingat, Choi Eun Sun. dia adalah gadis yang selama ini hadir di setiap mimpiku. Gadis yang sudah menyita banyak waktu dalam hidupku. entah dalam keadaan apapun, dia selalu muncul dalam benakku. Sejenak, Minho menundukkan kepalanya dan tersenyum lemah.

“sudah hampir dua bulan dia terbaring di rumah sakit tanpa ada perkembangan sedikitpun” balas Minho dengan berat seraya berusaha menyembunyikan wajahnya yang sudah hampir dibasahi air matanya dariku. Hening, aku kembali merasakan kekosongan dalam diriku. Aku benar-benar tidak mampu memikirkan atau mengatakan apapun untuk saat ini.

“aku tidak pergi, aku selalu menunggumu. Hanya jika kau datang menemuiku, aku akan bangun dan kembali mengisi seluruh harimu” samar aku mendengar suara EunSun seperti apa yang tadi malam dia katan padaku membuatku ingin segera mencari dan menemuinya. Aku yakin, dia pasti menungguku untuk datang menjenguknya.

“dimana dia dirawat?” tanyaku tanpa menatap sedikitpun kearah Minho. Aku masih tetap mentap lurus kedepan dengan tatapan kosong. Namun tak ada satupun jawaban yang kudengar dari Minho membuatku segera menoleh dan menatapnya dengan penuh harap. Aku benar-benar berharap Minho akan mengantarku untuk menemui gadis itu.

“ya! aku harus menemuinya, dimana dia?” desakku yang membuat Minho semakin terlihat merasa bersalah.

“dua hari yang lalu, appa memutuskan untuk memindahkan perawatannya ke Jepang. Peralatan medis disana jauh lebih baik” balas Minho yang benar-benar membuat jantungku terasa berhenti berdetak untuk beberapa detik. Aku hanya menatapnya dengan penuh ketidak percayaan.

Bagaimana aku bisa menemui EunSun, jika gadis itu bahkan sudah berada di tempat yang sangat jauh dariku. Tiba-tiba, sekujur tubuhku terasa sangat lemas. Aku benar-benar tak mampu untuk menahan air mata yang akhirnya kembali tumpah membanjiri wajahku.





***

Choi EunSun, dia adalah satu-satunya adik kesayangan Minho yang merupakan sahabat baikku sejak kami di sekolah dasar. Minho baru mengenalkanku pada EunSun saat kami berada di kelas 2 sekolah menengah akhir dimana saat itu, EunSun baru saja memasuki sekolah yang sama denganku. Minho yang kebetulan berada di sekolah lain, menitipkan adik satu-satunya padaku. Aku memiliki tanggung jawab untuk menjaganya sebagai adik kelas ku. Walaupun awalnya sedikit menyusahkan karena sikap EunSun yang cenderung selalu menghindariku, akhirnya aku merasa seperti sudah sangat terikat dengannya. Aku bahkan tak mampu pergi meninggalkannya walau hanya sekejap.

Kini, gadis itu menatapku dan tersenyum dengan riangnya. Dia berlari menghampiriku dan meraih jemari tanganku. Gadis itu menggenggam erat tanganku dan memaksaku untuk berlari kecil mengekorinya mengelilingi kebun yang sangat cantik.

“oppa~ aku masih menunggumu” gumam gadis itu saat berhenti berlari seraya menjatuhkan tubuhnya diatas rerumputan hijau. Aku menatapnya sejenak dan kemudian duduk tepat disampingnya.

“aku tak bisa menemuimu, maaf” balasku yang membuat gadis itu menatapku dengan matanya yang membesar. Waktu terasa berhenti saat dia menatapku dan kembali berputar saat dia mulai menggantikan tatapan terkejutnya dengan senyum lemah yang terukir di bibirnya.

“tidak lama lagi. Hanya jika kau tak menemuiku, aku tak akan kembali lagi padamu” ucap gadis itu sambil mengalihkan tatapannya yang berubah menjadi kosong.

“aku sudah cukup lama menunggu, aku lelah” lanjutnya yang kini diiringi dengan setetes air yang mengalir membasahi pipinya membuatku dengan segera menghapusnya dengan lembut menggunakan tanganku yang segera membuat gadis itu menatap lurus kepadaku.

“kumohon kembalilah, kau harus mencoba untuk membuka matamu meski aku tak menemuimu. Dan kau harus mencariku saat kau sudah terbangun. Kumohon” pintaku yang membuatnya terdiam dan menghela napas cukup dalam. Untuk beberapa menit, dia terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu.

“apa kau masih membutuhkanku?” samar, kudengar gadis itu bertanya dengan suara berbisik yang bahkan nyaris tak terdengar membuatku segera menatapnya yang sepertinya tak menyadari bahwa aku sedang menatapnya. Gadis itu menatap sedih sambil memainkan rerumputan yang berada di dekatnya.

“tentu, mungkin aku akan mati perlahan jika aku kehilanganmu nantinya” balasku yang membuatnya segera menatapku dengan sangat terkejut yang hanya kubalas dengan senyum.







***

Musim dingin sudah tiba, salju memenuhi seluruh jalanan kota. Bahkan taman ini, terlihat hampir seluruhnya berwarna putih karena tertutup salju. Aku memilih untuk duduk di salah satu kursi panjang yang berada di taman ini dengan headset yang menggantung ditelingaku, dan kedua mata yang kupejamkan aku terus menikmati sebuah lagu yang merupakan lagu kesayangan EunSun yang kuputar secara berulang. Ini sudah 2 tahun sejak EunSun dipindahkan perawatan ke Jepang, dan sudah hampir dua tahun juga gadis itu tak pernah muncul dalam mimpiku.

Minho memutuskan untuk pindah ke Jepang sehari setelah aku kembali mengingat semuanya. Pria itu ingin menjaga adiknya. Kabar terakhir yang kudapat, gadis itu sudah mampu membuka matanya dan mengucapkan beberapa kata. Dia juga mampu mengingat semuanya dengan jelas. Namun dia mengalami depresi yang cukup berat membuat gadis itu harus secara rutin bertemu dengan psikolognya.

Dan sudah satu tahun lebih aku kehilangan gadis itu. Sudah tak pernah kudengar lagi kabar tentangnya. Minho sepertinya terlalu sibuk untuk merawat gadis itu hingga lupa untuk mengabariku tentang perkembangannya. Namun walau hanya mengetahui EunSun sudah sadar, aku benar-benar sudah sangat senang.

Aku membuka mataku dengan sangat terkejut saat aku merasa seseorang yang baru saja duduk disebelahku, mencabut headset yang menggantung di telinga sebelah kananku. Aku segera menoleh dan berniat untuk sedikit memakinya. Namun aku memilih untuk mengurungkan niat awalku dan justru hanya mampu membelalakkan mataku menatap seorang gadis yang menggantungan sebelah headsetku di telinganya. Dia tersenyum dan terlihat sangat menikmati lagunya hingga tak menyadari bahwa aku tengah memandanginya dengan penuh kerinduan.

“lagu ini sudah sangat lama, kenapa kau masih suka mendengarkannya?” gadis itu bertanya dengan santainya sambil menatapku dengan lembut dan tersenyum dengan senyum yang sudah lama kutunggu.

“karena hanya lagu ini yang mampu membuatku merasakan kehadiranmu” jawabku sambil menatap lurus gadis itu. Saat ini benar-benar seperti tak ada lagi yang lain yang mampu ku lihat selain dirinya yang tersenyum manis dengan pipinya yang mulai bersemu merah.

“Eun Sun a, aku merindukanmu, benar-benar merindukanmu” ucapku yang disambutnya dengan senyum riang yang membuatku benar-benar tak ingin melepaskan pandanganku darinya.

“aku juga sangat merindukanmu” balasnya dengan senyum yang terlihat sangat malu-malu.

Kami terjebak dalam keheningan selama beberapa menit. Aku hanya terus memandanginya hingga aku mulai tak kuasa untuk menahan keinginanku untuk memeluk gadis mungil di dekatku dengan sangat erat seolah benar-benar tak ingin melepaskannya lagi dan perlahan, aku mulai mendaratkan sebuah kecupan di puncak kepalanya yang mampu membuat darahku terasa hangat dan mengalir dengan lebih cepat.

“Saranghae” bisikku lembut yang kemudian segera mencium bibir gadis itu dengan lembut.





**The End**