[ff/oneshot] JJANG!


Title : Jjang!
Author : coolcat951007
Genre : Angst, Friendship
Length : 1/1 (1s)
Rate : General
Cast :
- Jang HyunSeung
- Choi EunSun
- Other.




“Hyunseungie~” seseorang menggoyang-goyangkan tubuhku sehingga memaksa mataku yang terasa sangat berat terbuka perlahan. Tidak ada banyak cahaya matahari di kamar, jadi aku tidak perlu menyipitkan mataku berusaha membiasakan pantulan silau dari sang mentari yang akan masuk ke dalam mataku.

Pria itu tersenyum lebar, memamerkan sederet giginya yang rapi untuk menyambut pagiku. Sedikit berbeda dari biasanya, kali ini aku memilih untuk segera membalasnya dengan senyum simpul.

“kau menangis sampai jam berapa? Lihat matamu hampir menghilang!” ucapnya dengan nada mengejek dengan wajah yang seakan ingin mendapat sebuah jitakan kecil dariku, seperti biasanya. Hanya saja, hari ini aku sedang tidak ingin melakukannya. Yang kulakukan hanya memaksakan sebuah senyum simpul sebagai jawaban.

Aku membalik tubuhku dan mengambil sebuah bingkai yang kusimpan di balik bantalku. Aku menatap lekat foto yang terbingkai di dalamnya. Sebuah foto yang membuatku menangis semalam suntuk. Aku terus memandangi wajah seorang gadis yang berdiri tersenyum dengan manis di sampingku. Tersadar dari lamunan menyedihkan, aku mengangkat tubuhku dan mulai merapikan tempat tidurku. Kuletakkan bingkai foto itu di atas laci kecil yang terletak tak jauh dari tempat tidurku. Sekilas, aku menoleh menatap seorang pria yang masih setia menatapku dengan miris.

“kenapa kau menatapku seperti itu, kikwangie?” aku melemparkan sebuah pertnyaan tanpa menatapnya sedikitpun.

“aku mengerti perasaanmu, Hyunseungie~ berjuanglah!” balasnya dengan senyum tulus sesaat sebelum pergi meninggalkanku sendiri di dalam kamar. Aku tersenyum samar, menatap kepergiannya dan segera menghentikan aktifitasku dan memilih untuk membuka ponselku, berharap akan ada sebuah pesan disana. Sebuah pesan yang selalu mengisi ponselku setiap paginya. Dan lagi-lagi, air mataku menetes jatuh membasahi kedua pipiku saat tak kutemukan satupun pesan yang tertinggal untukku pagi ini. Mataku terasa sedikit perih karena sudah menangis semalaman.

“hyunseungie~” sebuah suara yang dibarengi dengan ketukan dari balik pintu, berhasil menghentikan tangisku. Aku segera membalikkan badanku menghadap cermin yang memantulkan wajahku. Aku memandangi wajahku dengan seksama, memperhatikan kedua mataku yang membengkak dan membuat kesan sedikit tidak terlihat. Aku menghela napas cukup panjang dan mencoba untuk membuat sebuah senyuman di bibirku seraya membuka pintu kamar.

Ku temukan sosok JunHyung berdiri di ambang pintu menatapku dengan senyum khas nya.

“tadi pagi-pagi sekali GeuRim datang kemari” ucapnya sebelum sempat aku bertanya ‘ada apa?’ padanya yang kubalas dengan tatapan penuh tanya.

“EunSun menitipkan ini pada GeuRim untuk di berikan padamu” lanjutnya seraya menyodorkan sebuah buku yang sudah pernah ku lihat sebelumnya. Sebuah buku yang EunSun minta dariku.

“Jjangie~ aku hanya ingin buku ini. Sungguh!” suara manjanya kembali terngiang di telingaku membuat hatiku terasa semakin sesak.

Perlahan, dengan sedikit ragu aku mengambil buku itu dari JunHyung. Kurasakan pria itu menepuk bahuku lembut sesaat sebelum meninggalkanku.

“jangan lupakan sarapanmu, HyunSeungie~” sayup ku dengar suaranya dari kejauhan dengan wajahnya yang menoleh ke arahku memamerkan sebuah senyum simpul yang mengembang di bibirnya.

Kembali aku menutup rapat pintu kamar dan berjalan mendekati ranjang, tempatku menjatuhkan tubuhku diatasnya. Aku menatap buku yang kini berada di tanganku dengan perasaan yang tak karuan. Entah mengapa aku seperti merasakan kehadiran sosok sang pemilik buku ini di sampingku. Membuat jantungku berdetak dengan sungguh kencang.

Aku mengangkat tubuhku ke posisi duduk dan menyandarkan tubuhku pada tembok di samping ranjangku. Dengan ragu aku membuka buku itu dan mendapatkan sebuah foto terselip di halaman pertamanya. Sebuah foto yang sama seperti foto yang terbingkai dengan rapi yang sudah menemaniku menangis semalaman. Aku tersenyum lemah menatap foto itu dan segera mengalihkan pandanganku pada deretan huruf yang tertulis dengan rapi di halaman pertama.

Jjangie~ kau tau kenapa aku sangat bersikeras untuk meminta buku ini sebagai hadiah ulangtahunku? Karena buku ini sangat lucu! Haha~ tidak, tentu saja bukan itu alasan utamaku. Kau tau Jjangie? Aku menyembunyikan banyak hal darimu, aku tidak bisa mengungkapkan semuanya padamu secara langsung. Aku sengaja meminta buku ini supaya suatu saat nanti, saat aku sudah pergi meninggalkanmu. Aku akan merasa tenang, karena aku sudah mengungkapkan semua kebohongan yang selama ini kututupi darimu.
Saat kau membuka buku ini, maka pasti aku sudah tidak bersamamu lagi, benar kan? Jangan bersedih Jjangie~ kau harus tetap hidup dengan baik! Jang Hyun Seung, jjang! :)


Aku mengulum senyum pahit saat membaca kalimat terakhir yang ku dapati di lembaran pertama buku ini.

“Jang Hyun Seung, jjang!” suaranya kembali terngiang di telingaku. Kalimat yang selalu diucapkannya setiap hari. Kalimat yang selalu dikirimkannya padaku melalui pesan setiap harinya. Kalimat yang membuatku berjuang hingga sejauh ini.

“hey, kenapa buku? Kau tidak ingin hadiah yang lain seperti boneka?” tergambar kembali dengan sangat jelas wajah cemberut EunSun saat aku mulai memprotes buku yang sudah berada ditangannya.

“Jjangie~ aku hanya ingin buku ini. Sungguh!” ucapnya manja seraya merayuku yang saat itu justru hanya menatap heran padanya sebelum akhirnya menghela napas cukup dalam dan dengan sangat pasrah mengatakan “terserah padamu sajalah~” yang membuat senyumnya melebar dengan sangat indah.

“Jjangie~ kau tau? Aku menyembunyikan banyak rahasia darimu. Dan aku akan menuliskannya dibuku ini. Suatu saat nanti, jika kita sudah berpisah kau baru boleh membacanya!” wajahnya terlihat sangat tenang dan senyumnya terlihat sangat cerah. wajahnya yang mengatakan kalimat itu dengan sangat tenang kembali melayang di pikiranku. Saat itu aku hanya menahan tawaku dan mengacak rambutnya, sedikit tidak percaya bahwa kami memang akan berpisah.

“bagaimana bisa kau menyuruhku untuk tidak bersedih? Sementara kau pergi meninggalkanku seperti ini setelah menghilang selama berminggu-minggu” Aku menahan airmataku yang hendak jatuh kembali membanjiri wajahku. Aku menatap langit-langit kamar dan mengedipkan mataku beberapa kali untuk mencegah tangisku. Kembali aku menatap buku dihadapanku, dengan seulas senyum aku membalik setiap halamannya.

Jjangie~ kau sangat bodoh! Kenapa kau menangis lagi?! Ini baru permulaan, kau tau? Bukankah kau yang sudah memilih jalan ini. Jadi kau harus bisa menghadapinya. Percuma aku memanggilmu Jjang setiap harinya jika kau mudah sekali putus asa seperti ini! Lagipula bukankah sudah kukatakan sejak dulu, bahwa kau tidak boleh menangis. Kenapa kau tetap menangis begini?! Apa aku harus memberimu hukuman seperti saat kita kecil dulu, huh?

Aku tersenyum kecil menahan tawa saat membaca kalimat ini. Masih dapat kuingat dengan jelas saat seorang gadis kecil selalu menjambak rambutku sebagai hukuman setiap kali aku menangis. Dan itu, membuatku merasa takut untuk menangis di hadapannya. Gadis kecil itu sungguh menyihir diriku yang cengeng tumbuh menjadi seorang Jang HyunSeung yang terlihat kuat.

“Sunnie~ ini benar-benar menyakitkan!” itu air mata pertamaku setelah debut dalam sebuah boyband dihadapan EunSun sambil menunjukkan sebuah surat dari anti yang ditujukan padaku. masih jelas kuingat mata EunSun yang membelalak dengan sangat besar saat membaca surat yang baru saja ku berikan padanya. Sekilas dia menatapku dengan miris, namun tiba-tiba gadis itu menjambak rambutku dan membuatku menjerit kesakitan sambil memegangi kepalaku.

“itu hukuman untukmu karena sudah menangis di hadapanku” ucapnya ringan membuatku sedikit mengerucutkan bibirku. “ya! Tapi itu kan sudah lama sekali Sunnie~ kau melakukan itu terakhir kali saat aku menangis di sekolah dasar! Kenapa kau lakukan lagi?!” balasku kesal sambil mengelus kepalaku yang membuat gadis itu melebarkan senyum iblisnya. Senyum yang akan selalu kurindukan. “ah sudahlah~ kan aku sudah ingatkan padamu sebelumnya kalau ingin menjadi bintang, kau harus siap dicintai dan dibenci oleh banyak orang!” EunSun membalas dengan sedikit meninggikan suaranya yang masih terngiang jelas di telingaku. Yang saat itu justru membuat air mataku mengalir dengan lebih deras. “ya! Sudah jangan menangis, berhentilah! Jang Hyun Seung, jjang!” ucapnya panik sambil menepuk-nepuk bahuku perlahan membuat sebuah senyum perlahan mengembang di bibirku.

Jjangie~ aku tau, kau pasti kesal sekali padaku. aku membatalkan janji dengan alasan akan keluar dengan pria lain. Dan aku menolak untuk memberitahu pria itu padamu. Haha~ sebenarnya pria itu adalah Dokter Kim. Dia sudah mempunyai seorang istri dan dua orang anak yang sangat lucu. Jadi kau jangan berpikir kalau pria itu adalah kekasihku. Oke?
Hey, ini adalah bagian dari kebohonganku! Aku sering mengatakan padamu bahwa aku sibuk keluar dengan seorang pria yang aku sayangi belakangan ini. Dan aku tau, alasan ini benar-benar membuatmu kesal. Hhe, maafkan aku Jjangie~ sebenarnya belakangan ini aku harus sering berkunjung ke tempat praktek Dokter Kim untuk mengontrol keadaanku. Kau tau kanker? Penyakit mengerikan itu benar-benar menyebalkan! Itulah yang membuatku menjadi sangat sibuk belakangan ini~


“kau melupakankuu hanya karna kekasih barumu? Teman macam apa kau ini, huh?!” aku sedikit meninggikan nada suaraku menatap wajahnya tersenyum tanpa dosa di layar ponselku. “maaf HyunSeung a~ tapi ini sangat penting!” balasnya yang hingga kini masih sangat terasa aneh bagiku. Dia, gadis itu memanggilku HyunSeung! Aku hanya mengerutkan dahiku “hey, sejak kapan kau berhenti memanggilku Jjangie?” tanyaku yang disambutnya dengan tawa lebar. “kau akan bersiap untuk rekaman,kan? Kau harus lakukan yang terbaik, oke! Jang Hyun Seung, jjang!” balasnya mengalihkan percakapan sesaat sebelum memutuskan hubungan telepon dengan senyumnya yang terlihat sangat cerah.

“tsk, kenapa kau tak mengatakan padaku kalau kau pergi mengunjungi dokter? Bodoh~” gumamku perlahan dengan air mata yang sudah memenuhi kedua mataku. Aku kembali mengedipkan mataku untuk menahan butiran-butiran air yang sedikit lagi akan tumpah seraya membalik lembar berikutnya.

Aku menemukan sebuah amplop berwarna merah muda. Warnanya terlihat sangat lembut dan dihiasi beberapa gambar berbentuk hati membuat amplop itu terlihat lucu. Aku mengerutkan dahiku menatap amplop itu dengan penuh rasa penasaran. Ragu, aku membuka amplop itu perlahan dan melihat tulisan EunSun berderet dengan rapi dalam surat itu.

Jjangie annyeong!
Haha, mungkin ini akan jadi sedikit aneh bagimu. Kita sudah bertemn sejak kecil, dan kau tau? Sejak kecil aku sudah memendam perasaan ini padamu. Aku, aku sungguh tak ingin meninggalkanmu. Aku juga tak ingin kau meninggalkanku. Kau tau? Aku merasakan jantungku selalu berdebar kencang setiap kali berada di dekatmu. Aku tak pernah bisa menhentikan senyumku saat aku melihatmu, aku mencintaimu. Mungkin kau tidak mempercayai ini. Tapi sungguh, aku sangat mencintaimu. Aku sungguh tak berharap kau akan membalas perasaanku, karena bagiku menjadi sahabatmu saja sudah lebih dari cukup. Hanya, aku ingatkan padamu bahwa aku akan selalu menunggu. Aku yakin, suatu saat nanti kau akan mengerti perasaanku dan akan membalasnya :)


Deg…

Jantungku terasa berhenti berdetak untuk saat ini. Sungguh, sebuah surat pernyataan cinta dari EunSun, seorang gadis yang sudah menjadi temanku bahkan sejak aku masih belum mengenal diriku sendiri. Dengan segera, aku mengalihkan pandanganku ke arah buku yang tadi sempat aku letakkan dengan manis di dekatku. Aku segera mengambil buku itu dan membaca halaman dimana ku temukan surat tadi terselip.

Jang Hyun Seung! Kau ini menyebalkan sekali. Kau tau? Aku baru saja ingin mengungkapkan secara langsung tentang kebohonganku yang lain padamu. Tentang perasaanku selama ini padamu. Tapi kenapa tiba-tiba kau mengatakan hal seperti itu padaku! Ah~ menyebalkan~ kau membuatku mengurungkan kembali niat yang sudah kusiapkan dengan sangat matang! Ya sudahlah~ lebih baik surat ini aku simpan saja, biar suatu saat nanti saat kita sudah berpisah kau akan tertawa geli membacanya! Keke ^^

“Jjangie! Aku ingin memberikan sesuatu padamu!” suara EunSun terdengar penuh semangat saat itu. Dan aku hanya tersenyum lebar dan meletakkan jari telunjukku di depan bibirnya. “aku ingin memberitahumu sesuatu terlebih dahulu!” ucapku yang membuat EunSun menatapku dengan penuh tanya. “aku memutuskan,aku tidak akan menyayangi atau mencintai perempuan manapun! karena hanya akan ada 3 orang perempuan yang aku sayangi di sepanjang hidupku. Pertama, Umma. Kedua, GeuRim. Dan kau adalah yang ketiga!” lanjutku yang membuat matanya terbelalak menatapku tidak percaya dan pipinya mulai terlihat merona kemerahan. Dengan sangat jelas, aku masih bisa melihat wajahnya yang terlihat sangat manis saat itu. “aku? Yang ketiga?” gadis itu bertanya mencoba meyakinkan bahwa yang di dengarnya tidak salah dan aku hanya menganggukkan kepalaku dengan sebuah senyum yang melebar di bibirku.

“bodoh!” umpatku kesal saat kembali teringat kejadian dimana aku mencoba untuk memberitahukan padanya tentang perasaanku yang sebenarnya juga mencintainya. Kali ini sungguh, aku tak mampu lagi menahan butir-butir air mata yang dengan segera meluncur membasahi pipiku. Aku memeluk surat dari EunSun dengan sangat erat. Seandainya saat itu aku tahu bahwa dia juga merasakan yang sama denganku. Aku pasti akan melanjutkan kalimatku dengan pertanyaan seperti ‘kau mau menjadi kekasihku?’ ah, aku benar-benar bodoh! Kenapa aku tak pernah mengetahui hal ini sejak awal.

Aku membalik halaman berikutnya dengan tangan bergetar dan wajahku yang masih sangat basah karena air mata yang terus mengalir dari kedua mataku yang sungguh terasa sudah sangat lelah menangis. Aku hanya menatap lembar berikutnya, memperhatikan setiap huruf yang tertulis disana, tidak serapi tulisan dilembar-lembar sebelumnya. Dan terlihat dengan jelas, terdapat cukup banyak titik-titik air yang membuat tulisannya sedikit luntur. Aku mengerti, EunSun menangis sangat banyak saat mengisi halaman ini.

Jjangie maaf, aku tidak bermaksud menghindarimu. Jika saja aku tidak harus dirawat dan terbaring lemah disini, aku pasti akan tetap sering menemuimu dan membawakan makanan untukmu dan teman-teman dorm mu. Aku merindukanmu, Jjangie~ aku tau kau pasti sangat marah padaku karena aku menghilang berminggu-minggu dari hidupmu. Tapi ini lebih baik, aku tidak ingin melihatmu sedih karena memikirkanku. Maaf, aku hanya bisa menyemangatimu melalui pesan yang ku kirim setiap paginya. Dan maaf, aku tidak pernah membalas kembali pesan dan mengangkat telepon darimu. Sebenarnya, aku ingin. Aku sangat ingin membalas semua pesanmu yang menanyakan keberadaanku. Aku ingin mengangkat teleponmu dan mendengar suaramu yang pasti akan membentakku dan menanyakan keadaanku dengan sangat khawatir. Tapi aku tidak mau kau menjadi kacau karena mengkhawatirkan aku. Jangan khawatir, Jjangie~ aku akan baik-baik saja. Aku dirawat di rumah sakit ini dengan baik. Dan untuk beberapa hari lagi, kita akan berpisah. Dan aku berjanji akan hidup dengan lebih baik lagi di surga. Hah~ tak kusangka semua ini berakhir begitu cepat. Jangan menangis lagi Jjangie~ aku tak mau melihatmu bersedih. Jangan kau pikir setelah aku pergi nanti, aku tidak tau apa yang kau lakukan! Aku akan tetap melihat dan memperhatikan setiap hal yang kau perbuat dari surga. Dan jika sampai kau menangis, aku akan tiba-tiba muncul dihadapanmu dan menjambaki rambutmu dan tak akan melepaskannya hingga kau berhenti menangis, mengerti! Aku tidak tau, tapi sepertinya ini akan menjadi terakhir kalinya aku menulis dan menceritakan semuanya padamu.aku hanya ingin meminta maaf padamu karena sudah menyembunyikan banyak hal darimu. Aku sudah banyak membohongimu, maafkan aku Jjangie~ kau benar, kita adalah teman, tak seharusnya aku menutupi banyak hal darimu. Maka, sebagai permintaan maafku, aku akan mengijinkanmu untuk menangis sekencang-kencangnya saat membaca buku ini. Tapi kau harus berjanji bahwa ini adalah terkhir kalinya kau akan menangis untukku! Ku mohon, berjanjilah Jjangie~ berjanjilah untuk hidup dengan lebih baik. Berjanjilah bahwa kau tidak akan pernah menyerah! Jang Hyun Seung, teruslah tersenyum. Kumohon! Tersenyumlah untukku! Jang Hyun Seung, jjang! :)

Aku mengakhiri kalimat itu dengan tetesan air mata yang sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Aku menutup perlahan buku di tanganku dan memeluknya erat. Hangat, aku merasakan kehangatan menjalari seluruh tubuhku saat aku memeluk buku itu. Dan air mata mengalir dengan lebih deras.

“Jang Hyun Seung, jjang!” samar, terdengar jelas suara gadis itu di telingaku membuat sebuah senyum tipis melebar di bibirku sesaat sebelum aku menjerit dan menangis seperti bayi dengan tetap memeluk buku ini.

EunSun a~ aku berjanji padamu, inilah hari terakhir aku menangis. Aku berjanji tidak akan menangis dan tidak akan menyerah! Aku akan terus berjuang dan menghidupi hidupku dengan jauh lebih baik dari sebelumnya.



*****

“HyunSeungie~” seseorang mengguncangkan tubuhku membuat mataku terbuka perlahan. Sungguh, berat sekali rasanya, bahkan aku perlu untuk berjuang sekuat tenaga hanya untuk membuka kedua mataku.

“Ya! Kikwangie~ aku masih perlu tidur lebih banyak, pergilah~ jangan menggangguku!” gumamku dengan setengah tertidur mengusir Kikwang.

“ah! Kau sudah kembali!” ucap Kikwang dengan semangat seraya mengangkat tubuhku dan mengguncangkannya hebat dengan senyumnya yang sangat lebar menyambut pagi hariku.

“ya!!! Hentikan! Kau benar-benar mengganggu tidurku!” umpatku yang dengan cepat segera mendaratkan sebuah jitakan di kepala Kikwang yang membuatnya meringis kesakitan seraya mengelus kepalanya dengan bibirnya yang sudah dikerucutkan olehnya. Dengan sedikit malas, aku mengangkat tubuhku dan berjalan keluar menuju kamar mandi untuk mencuci wajahku.

“hukuman karena sudah membangunkanku! Kau harus merapikan tempat tidurku!” perintahku yang membuat Kikwang mengumpat asal dengan nada berbisik yang membuatku tersenyum simpul saat meninggalkannya sendiri dikamar.

Aku kembali berjalan menuju kamar, memperhatikan tempat tidurku yang sudah rapi. senyumku melebar, aku melirik sebuah foto yang terbingkai rapi kusandarkan tidak jauh dari sebuah buku yang kurasa seperti sedang tersenyum padaku untuk memberikan sambutan selamat paginya untukku. Aku mengalihkan pandanganku ke arah cermin dan tersenyum menatap bayangan wajahku yang terlihat cerah. Hanya saja mataku, benar-benar seperti kodok.

“aku sudah menjadi pangeran kodok sekarang!” gumamku disertai sebuah tawa ringan.

“ini hari pertamamu Jjangie, mulai hari ini kau tidak boleh menangis! Hiduplah dengan lebih baik~ Jang Hyun Seung, jjang!” ucapku dengan penuh semangat membuat seulas senyum di bibirku melebar dengan sangat cerah.



The End**