Kesan dan Pesan untuk SMA N 2 Denpasar







Kesan :
Pertama kali saya masuk ke SMA N 2 Denpasar, saya merasa sedikit kecewa melihat keadaan SMA ini yang tidak sesuai dengan bayangan saya sebelumnya. Mulai dari acara MOS yang terlalu berat dan menurut saya -maaf- tidak menguntungkan.

Awalnya saya memaksakan diri saya untuk mencoba beradaptasi dengan lingkungan saya yang baru, yang jujur saja cukup berbeda dengan lingkungan SMP saya. Namun lama kelamaan, setelah saya mulai merasa terbiasa dengan lingkungan dan cara bergaul di sekitar saya, saya merasa lebih nyaman dari sebelumnya. walupun terkadang saya masih sering mengeluhkan tentang beberapa hal mengenai cara mengajar, dan cara pikir beberapa orang di sekitar saya.

Tapi, pada akhirnya saya sudah merasa terbiasa dengan keadaan di SMA N 2 Denpasar, dan sudah dapat beradaptasi dengan cukup baik dengan orang-orang di dalamnya. Saya mulai terbiasa dengan cara mengajar dan fasilitas-fasilitas yang tersedia.

Setelah mulai merasa terbiasa dengan lingkungan SMA, saya mulai merasa senang bersekolah di SMA N 2 Denpasar.



Pesan :
Cara mengajar di SMA N 2 Denpasar sedikit tidak adil. Guru-guru cenderung hanya memperhatikan beberapa murid yang terlihat aktif di kelas. Guru-guru hanya menilai murid yang aktif lah yang pintar dan bisa menjawab soal-soal yang mereka berikan. walaupun sebenarnya, beberapa murid juga bisa mengerjakan tugas yang mereka berikan meskipun mereka tidak begitu aktif di kelas. Dan sering kali para guru tidak mempercayai kemampuan dari murid mereka. Guru seenaknya memberi label pada murid-murid mereka. Sehingga beberapa murid yang sebenarnya pintar namun sedikit tidak aktif di kelas, di anggap bodoh. Walaupun murid tersebut mengerjakan sendiri soal-soal dan tugas yang guru berikan, guru-guru akan menuduh murid tersebut hanya menyalin jawaban dari murid-murid yang "terlihat pintar" di mata guru. padahal, murid pintar belum tentu aktif di dalam kegiatan belajar-mengajar. padahal, belum tentu murid yang tidak begitu aktif dalam kegiatan belajar mengajar itu bodoh. Bukankah seharusnya Guru memperhatikan dan mengetahui potensi yang dimiliki dari muridnya? bukan memihak pada beberapa murid yang terlihat aktif dalam jam pelajarannya.